GREENHOUSE
Greenhouse diatas merupakan jenis greenhouse tipe piggy back. Green house
atau yang dikenal dengan rumah kaca saat ini bukanlah barang baru bagi pelaku
agribisnis, terutama agribisnis hortikultura seperti sayuran dan tanaman hias.
Meskipun demikian, hal itu tidak menjamin bahwa semua petani Indonesia mengerti
dan mengetahui tentang green house ini. Jangankan tahu manfaatnya, bahkan
mungkin melihatnya saja belum pernah. Berdasarkan pertimbangan tersebut,dalam
bahasan ini akan diulas gambaran umum mengenai apa sebenarnya dan manfaat dari
green house sebagai penunjang agribisnis kita.
Dunia pertanian di
Indonesia telah menjadi salah satu penghasil komoditas unggulan baik untuk
konsumsi dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini menyebabkan semakin banyaknya
teknologi budidaya pertanian untuk terus dikembangkan. Salah satu teknologi
yang banyak digunakan adalah teknologi rumah kaca (Greenhouse).
Karena dengan Greenhouse
faktor yang berpengaruh seperti suhu, sinar matahari, kelembaban,
dan udara disediakan, dipertahankan dan didistribusikan secara
merata pada level yang optimal. Untuk tujuan ini disyaratkan dalam pembuatan
greenhouse adalah mempunyai transmisi cahaya yang tinggi,
konsumsi panas yang rendah, ventilasi yang cukup dan efisien, struktur
yang kuat.
Greenhouse
untuk daerah tropis sangat memungkinkan dan mempunyai banyak keuntungan
dalam produksi dan budidaya tanaman. Produksi dapat dilakukan sepanjang
tahun, dimana produksi dalam lahan yang terbuka tidak memungkinkan
karena adanya hujan yang sering dan angin yang kencang. Struktur greenhouse
di daerah tropis sering menggunakan sisinya untuk melindungi dan
mengontrol suhu dengan menggunakan ventilasi alamiah maupun terkontrol
dengan dilapisi jala (screens) yang mampu mengurangi serangan
serangga dan hama.
Rumah kaca atau green
house pada prinsipnya adalah sebuah bangunan yang terdiri atau terbuat dari
bahan kaca atau plastik yang sangat tebal dan menutup diseluruh pemukaan
bangunan, baik atap maupun dindingnya. Didalamnya dilengkapi juga dengan
peralatan pengatur temperature dan kelembaban udara serta distribusi air maupun
pupuk. Bangunan ini tergolong bangunan yang sangat langka dan mahal, karena
tidak semua tempat yang kita jumpai dapat ditemukan bangunan semacam ini. Green
house biasanya hanya dimiliki oleh Perguruan Tinggi atau lembaga pendidikan,
Balai Penelitian dan perusahaan yang bergerak dibidang bisnis perbenihan, bunga
dan fresh market hortikultura. Namun di negara-negara pertanian yang sudah maju
seperti USA, Australia, Jepang dan negara-negara Eropa sebagian besar tanaman
hortikulturanya ditanam di rumah kaca. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan greenhouse di mancanegara sudah umum
dilakukan. Bahkan mungkin sudah berpuluh tahun sebelum negara kita mengadopsi
tekhnologi tersebut.
Rumah kaca/green house
yang digunakan di Indonesia sebagian besar digunakan untuk penelitian percobaan
budidaya, percobaan pemupukan, percobaan ketahanan tanaman terhadap hama maupun
penyakit, percobaan kultur jaringan, percobaan persilangan atau pemuliaan,
percobaan hidroponik dan percobaan penanaman tanaman diluar musim oleh para
mahasiswa , para peneliti, para pengusaha dan praktisi disemua bidang
pertanian.
Green House sebagai
Sarana Penunjang Agribisnis Hortikultura sangat Mendukung Upaya Peningkatan
Produksi dan Kontinyuitas Produk
Sebenarnya ide awal
untuk pembuatan bangunan green house di Indonesia dilatarbelakangi oleh
kegiatan penelitian yang dilakukan lembaga penelitian maupun dunia pendidikan.
Kegiatan penelitian yang dimaksud disini adalah kegiatan mencari jawaban atau
mencari solusi / jalan keluar atau pemecahan terhadap suatu kasus. Sebagai
contoh, bila kita ingin mencari uji ketahanan tanaman terhadap serangan hama
dan penyakit tertentu. Adanya green house yang mampu menciptakan iklim yang bisa
membuat tanaman mampu berproduksi tanpa kenal musim ini ternyata juga mampu
menghindarkan dari serangan hama dan penyakit yang tidak diujikan. Selain itu
dengan adanya green house penyebaran hama dan penyakit yang diujicoba dapat
dicegah . Hal ini berbeda dengan percobaan yang dilakukan di luar green house
dimana dalam waktu yang sangat singkat hama dan penyakit dapat cepat menyebar
luas karena terbawa angin maupun serangga.
Secara umum green
house dapat didefinisikan sebagai bangun kontruksi dengan atap tembus cahaya
yang berfungsi memanipulasi kondisi lingkungan agar tanaman di dalamnya dapat
berkembang optimal.
Manipulasi lingkungan ini dilakukan dalam dua
hal, yaitu menghindari kondisi lingkungan yang tidak dikehendaki dan
memunculkan kondisi lingkungan yang dikehendaki.
Kondisi lingkungan yang tidak dikehendaki
antara lain :
- Ekses radiasi sinar matahari seperti sinar ultra violet dan sinar infra merah.
- Suhu udara dan kelembaban yang tidak sesuai.
- Kekurangan dan kelebihan curah hujan.
- Gangguan hama dan penyakit.
- Tiupan angin yang terlalu kuat sehingga dapat merobohkan tanaman.
- Tiupan angin dan serangga yang menyebabkan kontaminasi penyerbukan.
- Ekses polutan akibat polusi udara.
Sementara kondisi lingkungan yang dikehendaki
antara lain :
- Kondisi cuaca yang mendukung rentang waktu tanam lebih panjang.
- Mikroklimat seperti suhu, kelembaban dan intensitas cahaya sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan tanaman.
- Suplai air dan pupuk dapat dilakukan secara berkala dan terukur.
- Sanitasi lingkungan sehingga tidak kondusif bagi hama dan penyakit.
- Kondisi nyaman bagi terlaksananya aktivitas produksi dan pengawasan mutu.
- Bersih dari ekses lingkungan seperti polutan dan minimnya residu pestisida
- Hilangnya gangguan fisik baik oleh angin maupun hewan.
Manfaat apa saja yang didapat jika menggunakan
green house , hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pengaturan jadwal
produksi.
Dunia pertanian kita
masih demikian tergantungnya pada keadaan cuaca, bila terjadi perubahan musim,
apalagi bila tidak terprediksi akan menyebabkan sulitnya menentukan jenis
tanaman yang akan diproduksi. Jika musim hujan terlalu panjang akan menyebabkan
banyaknya penyakit termasuk pembusukan akar. Jika musim terlalu kering akan
menyebabkan tanaman kekurangan air, hama juga akan menyerang yang dapat
menimbulkan kerugian. Demikian pula pada saat tertentu suatu komoditas
sulit ditemui mengakibatkan harganya demikian tinggi, sementara pada waktu lain
kebanjiran produk menyebabkan harga anjlok, sehingga kerugian segera tiba.
Untuk itu perlu sekali
mengurangi ketergantungan pada lingkungan luar menggantikan dengan mikroklimat
yang diatur. Dengan demikian dapat dijadwalkan produksi secara mandiri dan
berkesinambungan. Sehingga konsumen tidak perlu kehilangan komoditas yang
dibutuhkan, juga kita tidak perlu membanjiri pasar denganb jenis komoditas yang
sama yang menyebabkan harga anjlok.
2. Meningkatkan hasil
produksi
Pada luasan areal yang
sama tingkat produksi budidaya di dalam green house lebih tinggi dibandingkan
di luar green house. Karena budidaya di dalam green house kondisi lingkungan
dan pemberian hara dikendalikan sesuai kebutuhan tanaman. Gejala hilangnya hara
yang biasa terjadi pada areal terbuka seperti pencucian dan fiksasi, di dalam
green house diminimalisir. Budidaya tanaman seperti ini dikenal sebagai
hidroponik.
Kondisi areal yang
beratap dan lebih tertata menyebabkan pengawasan dapat lebih intensif dilakukan.
Bila terjadi gangguan terhadap tanaman baik karena hama, penyakit ataupun
gangguan fisiologis, dapat dengan segera diketahui untuk diatasi .
3. Meningkatkan kualitas
produksi
Ekses radiasi matahari
seperti sinar UV, kelebihan temperatur, air hujan, debu, polutan dan residu
pestisida akan mempengaruhi penampilan visual, ukuran dan kebersihan hasil
produksi.
Dengan kondisi
lingkungan yang terlindungi dan pemberian nutrisi akurat dan tepat waktu, maka
hasil produksi tanaman akan berkwalitas. Pemasakan berlangsung lebih serentak,
sehingga pada saat panen diperoleh hasil yang lebih seragam, baik ukuran maupun
bentuk visual produk.
4. Meminimalisasi
pestisida
Green house yang baik
selain dirancang untuk memberikan kondisi mikroklimat ideal bagi tanaman, juga
memberikan perlindungan tanaman terhadap hama dan penyakit. Perlindungan yang
umum dilakukan adalah dengan memasang insect screen pada dinding dan bukaan
ventilasi di bagian atap. Insect screen yang baik tidak dapat dilewati oleh
hama seperti kutu daun.
Pada beberapa green
house bagian pintu masuknya tidak berhubungan langsung dengan lingkungan luar.
Ada ruang kecil, semacam teras transisi yang dibuat untuk menahan hama atau
patogen yang terbawa oleh manusia. Pada lantai ruang ini juga terdapat bak
berisi cairan pencuci hama dan patogen. Untuk pintu dapat ditambahkan lembaran
PVC sheet.
5. Aset dan performance
Saat ini sangat biasa
orang membangun green house dengan sistem knock down. Dengan cara ini gren house
bukanlah aset mati, manakala karena suatu hal ada perubahan kebijakan, maka
struktur green house tersebut dapat dipindahkan atau mungkin dijual ke pihak
lain yang memerlukan dengan harga yang proporsional.
Dengan adanya green
house maka kesan usaha akan terlihat lebih modern dan padat teknologi. Hal ini
tentunya akan meningkatkan performance petani atau perusahaan yang
menggunakannya.
6. Sarana agrowisata
Green house banyak
juga digunakan sebagai ruang koleksi berbagai jenis tanaman bernilai tinggi. Di
dalam green house pengunjung dapat melihat berbagai jenis tanaman yang menarik,
bahkan langka, sehingga dapat menjadi daya tarik. Ada yang khusus mengkoleksi
kaktus, anggrek atau berbagai jenis tanaman dengan suasana dibuat seperti di
alam bebas. Di Indonesia green house seperti ini banyak ditemukan di berbagai
kebun raya dan tempat agrowisata.
JENIS
GREEN HOUSE
Yang dimaksud dengan
jenis green house adalah pembedaan ragam green house berdasarkan material
dominan yang digunakan. Pembedaan ini akan membawa kita pada perbedaan biaya
pembangunan dan umur pakai green house. Semakin kuat dan awet material yang
digunakan, akan semakin besar biayanya tetapi umur green house akan lebih lama.
Untuk negara kita,
green house yang biasa digunakan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu green
house bambu, green house kayu dan green house besi.
A. Green house bambu.
Green house jenis ini
umumnya dipakai sebagai green house produksi. Green house ini secara umum
adalah jenis green house yang paling murah biaya pembuatannya dan banyak
dipakai oleh kalangan petani kita sebagai sarana produksi.
Namun kelemahan dari
green house ini adalah umurnya yang relatif pendek dan bahan materialnya dapat
menjadi media timbulnya hama. Karena kekuatan struktur dan juga masalah biaya,
maka green house bambu atapnya terbatas menggunakan plastik UV.
B. Green house kayu
Lebih baik dari green
house bambu adalah gren house dengan material kayu, terutama jenis kayu yang
tahan air, seperti ulin dan bengkirai. Dibanding green house bambu umur pakai
green house kayu biasanya lebih panjang dan kondisi sanitasi lingkungan lebih
baik.
Beberapa jenis green
house kayu, bagian dinding bawah dibuat dari pasangan bata yang diplester.
Jenis green house ini bahan atapnya sudah lebih bervariasi bisa plastik,
polykarbonat, PVC ataupun kaca.
C. Green house besi.
Dari segi umur pakai
dan kwalitas, maka yang terbaik adalah green house yang menggunakan struktur
besi, terlebih besi yang telah di treatment “hot dipped galvanis”. Struktur yang
baik akan mengurangi frekuensi perawatan; sehingga tidak terjadi stagnan
kegiatan., walaupun pada keadaan tertentu perlu dilakukan sanitasi, tetapi
sanitasi yang terjadwal.
Dengan struktur yang
kuat, maka berbagai jenis tambahan peralatan / optional dapat dipasangkan pada
jenis green house besi, sehingga penggunaan green house dapat dilakukan secara
optimal.
TIPE GREEN HOUSE
Type green house dibedakan berdasarkan bentuk bangunan atau
desainnya. Bentuk atau desain ini selain berpengaruh pada kekuatan struktur
juga sangat berpengaruh pada kondisi mikroklimat di dalam green house.
Secara umum desain green house uintuk daerah tropis berbeda dengan
desain di daerah empat musim maupun sub tropis. Kecuali desain green house yang
memang dibuat khusus seperti untuk penanaman planlet, induksi akar atau
pembuatan stek.
Desain green house daerah tropis ditandai dengan banyaknya
bukaan ventilasi. Karena problem utama dari green house di wilayah tropis
adalah suhu udara yang terlalu tinggi akibat radiasi sinar infra merah.
Sebaliknya pada daerah sub tropis maupun daerah empat musim
desain green house lebih tertutup. Bukaan yang minimal ini dibuituhkan karena
pada saat musim dingin udara hangat akibar radiasi infra merah dipertahankan
tidak keluar.
Jadi desain sebuah green house sangat penting untuk pertumbuhan
tanaman. Bagaimana sebuah green house dapat memberikan lingkungan yang kondusif
bagi pertumbuhan tanaman terletak pada desainnya.
Pada dasarnya green house dapat dibagi ke dalam 3 type, yaitu
:
1. tipe tunnel
2. tipe piggy back
3. tipe multispan
Masing – masing type dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Type Tunnel
Tipe ini dari depan tampak seperti lorong setengah lingkaran.
Kelebihannya adalah memiliki struktur sangat kuat. Atapnya yang berbentuk
melengkung kebawah merupakan bentuk yang sangat ideal dalam menghadapi terpaan
angin. Sementara struktur busur dengan kedua kaki terpendam ketanah memegang
bangunan lebih kuat.
Kelemahan dari tipe
ini adalah minimnya system ventilasi. Jika digunakan pada daerah tropis
dibutuhkan alat tambahan berupa exhaust fan atau cooling system untuk
mengalirkan dan menurunkan suhu udara di dalam green house.
2. Tipe Piggy back
Green house tipe ini banyak digunakan di daerah tropis, dapat
dikatakan tipe ini adalah tropical green house. Keunggulan tipe ini pada
ventilasi udara yang sangat baik. Banyak memiliki struktur bukaan, sehingga
memberikan lingkungan mikroklimat yang kondusif bagi pertrumbuhan
tanaman.
Selain memiliki keunggulan, banyaknya struktur bukaan juga
merupakan kelemahan dari tipe ini. Pada daerah dengan tiupan angin yang kuat
green house tipe piggy back kurang disarankan. Karena dengan banyaknya struktur
terbuka menyebabkan struktur rentan terhadap terpaan angin. Selain itu dari
segi biaya dengan penggunaan material atap sama, greeen house type ini relatif
lebih mahal dibanding type lain karena penggunaan material struktur lebih
banyak
3. Tipe Campuran ( Single span dan Multispan )
Desain tipe ini boleh dikatakan adalah campuran antara tipe
tunnel dengan tipe piggy back. Dari desainnya terlihat tampak, bahwa tipe ini
seakan – akan paduan (hybrid) antara tipe tunnel dengan tipe piggy back. Karena
itu, maka tipe green house ini memeliki kelebihan dari tipe tunnel dan tipe
piggy back, yaitu strukturnya kuat tetapi tetap memiliki ventilasi yang
maksimal.
Kelebihan lain dari tipe ini adalah beberapa unit green house
(Single Span) dapat disatukan menjadi satu blok green house besar (Multispan)
dimana hal ini sulit dilakukan pada green house tipe tunnel.
Dibandingkan tipe piggy back, selain struktur lebih kuat biaya
pembuatan tipe campuran ini lebih hemat. Sehingga pada bidang kegiatan yang
membutuhkan green house luas, maka type multispan adalah type yang paling
sesuai.
BAHAN
PENUTUP GREEN HOUSE
Perlu
diketahui pula bahwa sebagian besar tanaman yang dibudidayakan pada green house
membutuhkan cahaya dengan panjang gelombang sekitar 400 – 700 nanometer
(Photosynthetically Active Radiation). Hampir semua bahan penutup green house
mampu menampung cahaya tersebut sesuai dengan panjang gelombang yang diinginkan
tanaman. Bahan yang terbuat dari Polyethylene dan fiberglass cenderung membuat
cahaya menjadi tersebar, sementara bahan yang terbuat dari acrylic dan
polycarbonate lebih cenderung meneruskan cahaya yang masuk secara langsung.
Cahaya yang sifatnya menyebar tersebut memberikan keuntungan tersendiri bagi
tanaman, dimana dia bisa mengurangi kelebihan cahaya pada daun-daun tanaman
bagian atas dan memantulkannya pada daun-daun yang ada di bagian bawah sehingga
penyebaran cahaya menjadi lebih merata.
Sebenarnya
bentuk-bentuk green house tersebut bermacam-macam mulai dari bentuk sederhana
dengan bahan yang paling murah sampai bentuk komplek yang dibentuk dari bahan
penutup yang mahal. Adapun bahan penutup atap dapat menggunakan kaca maupun
plastik. Bahan yang terbuat dari plastik juga tidak kalah dengan kaca dimana
mempunyai kelebihan antara lain : tahan pecah, bentuknya bisa disesuaikan
dengan bermacam design, dan sangat mudah digunakan. Beberapa tipe plastik yang
biasa digunakan sebagai penutup green house antara lain :
1. Acrylic
Acrylic
sangat tahan terhadap perubahan cuaca , tahan pecah serta sangat transparan.
Penyerapan sinar ultra violet yang berasal dari matahari lebih tinggi
dibandingkan dengan bahan yang terbuat dari kaca. Penggunaan acrylic sebanyak
dua lapis mampu menghantarkan sekitar 83 % cahaya dan mengurangi kehilangan
panas sekitar 20-40% dibandingkan penggunaan 1 lapis. Bahan ini tidak akan
menguning walaupun digunakan dalam waktu yang lama. Namun kekurangan dari bahan
acrylic adalah : mudah terbakar,sangat mahal, dan sangat mudah tergores/tidak
tahan gores.
2. Polycarbonate
Polycarbonate
memiliki ciri-ciri : lebih tahan, lebih fleksibel, lebih tipis, serta lebih
murah dibandingkan acrylic. Penggunaan dua lapis polycarbonate mampu
menghantarkan cahaya sekitar 75-80 % dan mengurangi kehilangan panas sekitar
40% dibandingkan satu lapis. Namun bahan ini sangat mudah tergores, mudah
memuai, gampang menguning, dan akan membuat lapisan kurang transparan dalam
waktu satu tahun (meskipun kini hadir jenis baru yang tidak cepat menguning).
3. Fiberglass Reinforced Polyester
Bahan
ini memiliki sifat-sifat : lebih tahan lama, penampilannya menarik, harganya
terjangkau dibandingkan kaca, serta FRP ini lebih tahan pengaruh perubahan
cuaca. Bahan plastik ini mudah sekali dibentuk menjadi bentuk bergelombang
maupun berupa lempengan. Meskipun demikian kekurangannya adalah bahan ini mudah
memuai.
4. Polyethylene film
Bahan
ini sangat murah dibandingkan dengan bahan lainnya namun sifatnya hanya
sementara (kurang tahan lama), bentuknya kurang menarik, serta membutuhkan
penanganan maupun perawatan yang lebih intensif . Selain itu, bahan ini juga
mudah sekali rusak oleh sengatan cahaya matahari, walaupun mampu bertahan
minimal 1 – 2 tahun dengan perawatan lebih intensif. Dikarenakan bahan ini
berupa lembaran lebar sehingga tidak membutuhkan kerangka yang lebih banyak dan
bisa menghantarkan cahaya paling besar.
5. Polyvinyl cholride film
Bahan
ini mempunyai sifat penghantar emisi yang sangat besar untuk cahaya dengan
panjang gelombang yang besar, dimana bahan ini mampu menciptakan temperatur
udara yang cukup tinggi pada malam hari dan bisa berfungsi sebagai penghalang
sinar ultra violet. Bahan ini lebih mahal dibandingkan polyethylene film dan
cenderung mudah kotor, yang mana harus terus dilakukan pembersihan agar
didapatkan penghantaran cahaya yang lebih baik.
Untuk
model atap ada yang berbentuk melengkung dan ada yang berbentuk lancip. Tinggi
dinding yang baik mencapai 6 sampai 9 meter, tergantung crop yang akan
diproduksi atau tergantung pada tujuannya. Bahan dinding beserta atapnya dapat
dari kaca maupun plastik yang tebal yang tidak mudah sobek dan cara
pemasanganya dimulai dari atapnya dulu, kalau sudah selesai baru dinding. Pintu
dari green house harus dibuat serapat mungkin sehingga tidak memberikan
kesempatan bagi udara luar untuk masuk kedalam green house. Setelah dinding dan
atap terpasang kaca atau plastik, kita dapat memasang sistem irigasi dengan
menggunakan pipa secara sistematis yang dapat kita kendalikan, serta diberi bak
pengontrol untuk mengontrol masuk dan keluarnya air dari dalam dan keluar dari
green house. Untuk bagian dalam green house ada 2 jenis, yaitu diplester dengan
semen, ini hanya untuk green house yang penanamannya menggunakan media pot atau
plastik polybag atau percobaan hydroponik tetapi ada juga yang dalamnya berupa
tanah seperti yang ada dilahan persawahan, hal ini bertujuan untuk budidaya sayuran,
buah-buahan dan bunga yang akan dibuat petakan atau bedengan. Bahkan bedengan
ini ada juga yang diberi mulsa sama seperti tehnik budidaya tanaman pada
umumnya. Tetapi dengan green house pengawasan terhadap tanaman baik
temperature, kelembaban, kebutuhan air, kebutuhan hara bahkan pengendalian hama
dan penyakitnya dapat dikontrol dengan sebaik-baiknya.
Untuk
jangka panjang pembudidayaan tanaman dengan green house sangat menguntungkan
khususnya untuk bisnis fresh market hortikultura karena kita mampu berproduksi
sepanjang masa tidak tergantung pada cuaca atau musim bahkan kualitas produk
yang dihasilkan dapat terjamin atau lebih baik dari tehnik budidaya dialam
bebas.
Beberapa
unsur lokasi yang perlu diperhatikan dalam pembangunan rumah plastik adalah
1.Luas
Areal
Luas
lahan hendaknya cukup besar untuk mengantisipasi perkembangan usaha dimasa yang
akan datang. Untuk usaha komersial faktor ini sangat penting. Disamping itu
perlu diperhitungkan juga lahan untuk bangunan penunjang usaha seperti jalan,
gudang dan lain-lain.
2.Topografi
Lokasi
pembangun rumah plastik harus sedatar mungkin untuk menekan biaya, karena jika
dibangun pada lokasi yang miring maka diperlukan biaya tambahan untuk pembuatan
rumah plastik bertingkat. Lokasi yang datar juga memudahkan
3.Iklim
Iklim
lokasi yang dipilih diperhitungkan berdasarkan kebutuhan tanaman yang akan
diusahakan. Area yang seringkali berkabut atau bercuaca buruk umumnya kurang
baik bagi kebanyakann tanaman. Tanamam yang menyukai intensitas cahaya yang
tinggi akan lebih baik diusahakan di lokasi yang ketinggiannya cukup tinggi
dengan intensitas cahaya yang baik. Adanya bukit atau barisan pepohonan yang
berlaku sebagai penghalang, penting untuk area-area yang anginnya cukup
kencang.
3.Ketersediaan
air
Air
adalah salah satu faktor utama yang sangat dibutuhkan tanamam. Karena itu dalam
menentukan lokasi rumah plastik, ketersediaan air di lokasi yang dipilih baik
kualitas maupun kuantitasnya harus cukup tersedia. Kontinuitas suplai air harus
bisa mencukupi untuk jangka waktu yang panjang. Begitupun kualitas air yang
tersedia harus diperiksa untuk menentukan kandungaan mineral dan mendekteksi
unsur-unsur yang kurang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Mengetahui kandungan mineral cukup penting terutama untuk daerah-daerah dekat
pantai dan muara sungai, biasanya mengandung ion sodium dan klorida yang kurang
baik bagi tanaman.
4.Arah/orientasi
Arah/orientasi
akan mempengaruhi penerimaan/transmisi cahaya. Transmisi cahaya dapat
terhalangi oleh kerangka rumah plastik dan juga ditentukan oleh musim akibat
perubahan sudut penyinaran matahari, terutama untuk daerah- daerah yang berada
pada lintang tinggi.
Thanks infonya bro....
BalasHapusterima kasih atas informasinya semoga bermanfaat bagi para praktisi, para petani ataupun siapa saja yang menyenangi pertanian semoga menjadi bahan referensi
BalasHapusTrims Infonya bisadikembangkan lagi
BalasHapusTrims Infonya bisadikembangkan lagi
BalasHapus